Sabtu, 21 Maret 2020

Semua Pengakuan Itu

      Hidup di sosial media saja tidaklah cukup, melainkan hidup harus di dunia nyata. Karena sering sifat, keaslian dunia nyata sering menimbulkan problem dan konjangsi pada dunia nyata. Untuk itu aku mengawali statemen untuk mulai hidup dalam dunia nyata dan meninggalkan maya.

     Semua akibat Fe, seorang pria bertubuh tinggi, tampan, sabar, ramah dan berjiwa pemimpin. Aku terjatuh padanya, mataku runtuh pada pandangannya yang pertama saat itu. singkat cerita Beberapa bulan kemudian kami sering ketemu walau hanya berpapasan saja. Lambat laun kami bersatu dalam satu kepengurusan pusat, dari situ aku mencoba dekat dengan dia, lalu hari semakin hari chat, di chat kami semakin dekat. Chemistrypun terjadi, sampai seolah ada hubungan di situ akibat dia yang mengatakan dan aku percaya, sayangnya semua seolah kandas karena aku dengar dia sudah punya pacar, dan spik annya buanyak, semua orang melarangku untuk dengannya. Lambat laun aku putus nyambung dengan dia, namun publik sudah tahu jika aku saat itu dengnnya, hingga akhirnya aku dan dia lost contak hampir setahun.

       Hingga detik aku pkl tiba-tiba dia muncul lagi, di saat hatiku sudah tertutup untuknya. Dia hadir kembali dengan membawa pernyataan bahwasannya dia sudah berubah menjadi lebih baik, dan aku percaya padanya. Hingga akhirnya beberaap bulan berlanjut kami semakin dekat, terkadang ketemu di kampus, atau di depan pondok, atau di jalan sekedarnya. Hari demi hari bulan demi bulan telah ku lalui, lama-lama aku tak tahan dengan situasi ini, akhirnya aku putuskan, untuk mengajaknya bertemu secara langsung, karena aku sudah capek bertemu di dunia maya saja. Aku ingin kami bertemu secara langsung, langsung aku ajak, besok pagi kita ketemu, langsung dia menelponku tanya jam berapaku jawab jam 7, wah itu mengganggu waktu tidurku katanya, tapi ya aku usahakan untuk tidak tidur.

      Keesokan harinya, jam 7 kurang 22 menit aku chek last seenya dia barusan online, tapi aku biarkan dulu, niatku biar dia yang peka, sengaja pagi itu memang tidak aku ingatkan. Akhirnya jarumpun menunjukkan pukul 7 tepat, kok gak ada pemberitahuan dari dia batinku, aap dia lupa / tidak jadi. Akhirnya jam 8 lebih aku memberanikan diri untuk mengechatbdia, hey gimana jadi?, eh dia menjawab jadi apa?, mati batinku apa-apaan anak ini lupa sama janji ketemuan kemaren, rasanya malu aku yang bilang, lalu ku jawab ya ketemunya ayo buruan, terus dia jawab oh iya jadi, jam berapa ku bilang jam 9, langsung aku mandi siap-siap, ternyata dia gak online lagi sampek setengah sepuluh, aku bingung banget, gimana sih aanak ini jadi / enggak sih. Akhirnya terus aku chat, akhirnya dia bales. Langsung dia nyuruh aku nyari tempat dan berangkat ke sana, lalu aku siap-siap berkerudunglah apa, 10 menit kemudian aku bilang ke dia aku sudah di sana, ku bilang kau cepatlah. Lalu dia mengiyakan dan rupanya dia langsung berangkat seketika itu.

       Nama Cafe yang kami tuju saat itu ada dua tempat, aku menunggu di utara dia di selatan, awalnya dia rame ayo niat apa enggak, kalau enggak aku mau pulang, udah gak enak banget nadanya sinis, lalu aku jwab iya bentar-bentar aja habis ini aku berngkat, fia jawab gak niat emang, ku jawab niat he aku nait, bentar lagi nyampek. beberapa saat kemudian aku nyampek di cafe utara, aku terus menghubungi dia, dan dia tak ada jawaban, haduh jangan-jangan aku ditipu gumanku dalam hati, terus dia kau telpon akhirnya 15 menit kemudian dia bilang kalau dia di cafe itu di atas, langsung aku naik ke atas tapi di atas kosong, ku bilang aku dari tadi di bawah, aku sudah ke atas kamu tapi gak ada, akhirnya aku fotokan tempatku, aku bilang ini di cafe pojok kan, eh ternyata kita beda cafe ... ya udah tungguin aku ke sana katanya, lalu dia nyuruh aku kamu ke parkiran cepet sepedahmu apa, ku bilang sepedahku x oh iya, sekarang turunlah, langsung aku ketemu dia, kita naik ke atas. Awalnya mau duduk di bawah, lalu ku lirik jalan raya, masak di sini ku bilang gitu ke dia. Akhirnya kita naik.

        Di atas ada mbak-mbak pelayan yang mengantarkan minuman untuk pelanggan lain, lalu Fe nyuruh aku, itu lo kamu pesan sana, lalu aku bilang mbak pesan coklat kopi, lalu mbaknya jawab pesannya langsung di bawah mbak, lalu aku ngeliatin dia, masak iya aku harus ke bawah ini, terus dia jawab iyalah buruan biar cepet kurus katanya, dengan nada salting agak sinis aku langsung turun ke bawah dan pesan coklat panas.

        Pembicaraan awalku aku hanya nyapa dia, berkali-kali ku sebut namanya fe... lalu aku diam, sampai dia mungkin bosan sampai dia ngomong, kamu lo dari tadi udah nyapa aku 60 kali, eh gak sih baru 45 kali, ya itulah aku jika aku sudah merasa dekat banget dengan seseorang maka aku suka nyapa orang itu, tanpa berbicara lebih lanjut, entah menurutku pada waktu setelah nyapa, hatiku berbicara padanya, meskipun dia tak faham dan tak mendengar apa kata hatiku.

         Kemudian kita bicara, dia mulai menceritakan masa lalunya, cerita hidupnya, awalnya dia bilang ning kamu jangan sama aku, langsung ku jawab aku gak ngajak kamu nikah sekarang he, lalu kami cerita terus terang tentang latar belakang masing-masing kami, orangtua, keluarga, kisah cinta dan lain-lain. Hingga akhirnya sampailah pada titik. Sudah sekarang giliran kamu yang ngomong, dia mengatakan itu padaku, sontak aku diam dan malu, aku mau ngomong apa.

          Akhirnya aku bilang tentang rasa ini, dan lain-lain. Yang membuat aku jengkel dan kenapa tak bisa segera mengakhuliri pertemuan itu adalah ternyata modelnya cintaku kayak vertepuk sebelah tangan, tiada satupun kata pengakuan dari dia. Sia-sia rasanya hatiku selamana ini sudah terjatuh padanya sejak semester 3, semua sontak berkahir dalam pertemuan itu, beberapa kali perdebatan terjadi diantara kami, mulai dari dia menolakku sampai aku tiada titik hembusan nafas lagi, aku sontak membisu saat dia mengatakan, udahlah he jangan sama aku, aku ini tak baik bagimu, masih banyak orang lain yang lebih baik dariku, berbagai jawaban ku lontarkan padanya. Aku gak minta kamu nikahi sekarang fe, dan masih banyak lagi perdebatan yang terjadi diantara kita.

       Yang paling melow adalah di saat dia mengatakan, aku ini padahal gak pernah ketemu kamu, tapi kenapa orang-orang selalu nyalahin aku, nyalahin gimana ku tanya gitu, lalu dia menjawab ya nyalahin aku, kok bisa fe, kamu apain dia, lalu dia ku tanya orang-orang siapa ya semua orang yang kenal denganmu, semuanya nyalahin aku, sedih banget aku dengernya dunia seolah langsung sirna seketika itu, lalu dia mendesak kok bisa orang-orang bilang seperti itu, jangan-jangan kamu ngaggap aku pacarmu, tapi aku enggak, nah itu masalahnya. Lalu kita debat panjang, aku terus mengatakan yang menjalani aku atau anak-anak, dan dia terus menjawab tapi orang-orang semua nyangkanya seerti itu, terus saja kami berdebat soal itu. Seolah kesalahan ini hanya aku yang melakukan, dan dia cuci tangan begitu saja. Sial...Akhirnya aku minta maaf atas segalanya, ya udah aku minta maaf atas semua kesalahanku itu, lalu ia menjawab ia, tapi masih mengungkit-ungkit, sebel bangetkan.

        Parahnya lagi dari pertemuan itu adalah saat kami saling mengatakan alasan kami mondok itu kenapa, aku langsung mengatakan aku mondok karena aku ingin menambah ilmu, lalu dia menjawab aku mondok karena biar ada yang membangunkanku sholat subuh, kemudian aku bisa dekat dengan orang tua, setiap sabtu minggu aku pulang dan itu sudah aku lakukan sejak kelas 5 SD, langsung ku jawab, ya kalau kayak gitu ngapain kamu mondok, gak sekalian aja tinggal di rumah, lalu dia menjawab ya sebenernya inginku gitu, tapi ibukku kasian padaku, gak tega, makanya aku disuruh mondok.

       Dia sudah cerita padaku, dulu dia mondok  bahasa, kitab, awalnya dia mau nerusin di pondok salaf, namun entah orangtuanya nyuruh dia kuliah, hingga sampailah dia kuliah di universitas tetangga kami, dia mengatakan dulu aku kuliah di U.. pergaulannya di sana puarah, anak-anak tiap hari ke kosanku soalnya kosanku tak merekaoernah ku kunci, merkea  teler, merokok, pakaiannya atasnya dengkul itupun disobek sendiri. Lalu aku sontak menjawab kamu juga merokok?, dia menjawab enggak, aku cuman nungguin aja kalau sudah aku yang mengantarkan mereka pulang. Mungkin pergaulanku yang sangat biasa di sana, jadinya ke bawa ke kampus kita, hingga aku terkenal sebagai orang yang buruk.

    Terus ku tanya, kamu hufadzankan, kamu mondokkan sekarang, dia langsung senyum dan menjawab enggak, kamu tau dari mana, ku jawab dari anak-anak, anak-anak siapa katanya, dari Yu... kah?, ku jawab iya, lalu dia naggepin ya itu berarti bukan dari anak-anak tapi dari anak satu, ya itu maksudku. Lalu ia cerita tentang alasan dia mondok ingin memperbaiki diri, pengakuannya dia sekarang sudah berubah menajdi lebih tenang, lebih baik sudah tidak seperti dulu lagi, kemudian ia menyebutkan 'aku seperti ini karena doa ibukku, lingkungan pondokku, orang-orang yang menginspirasi dia, mantannya, teman dekat, katanya dia ketemu sama adik kelasnya yang cantik, katanya ingin dapet selisih 4-5 tahunan semua keinginannya ia sebutkan di sana, dan pastinya tiada satupun katanya yang ada menyebut namaku hingga akhir cerita. Seolah keberadaanku, chatku selama ini tiada satupun yang dianggap olehnya, parah.

     Dia kutanya, kenapa kamu gak ngelanjutin jadi pengurus saja, kan kamu delegasi pemjmpin pusat, lalu ia menjawab kata siapa, kamu jangan ngomong kayak gitu, lalu ku jawab ya sudah jelas kan kamu mantan pemimpin dulu, jadi peluangmu untuk jadi pengurus pusat itu besar, lalu untuk apa kamu keluar, kemudian ia menjawab ngapain ya kalau aku di sana terus aku tak berkembang he, masih banyak hal di luar yang harus aku coba. Lagi-lagi tiada namaku di situ, apa dia lupa ya tentang chatku beberapa tahun tekahir yang aku cukup maksa supaya dia keluar dari pengurus dan mondok saja. Semakin lama aku duduk bersamanya, semakin diri ini tak dianggap, mungkin aku hanya koran berjalan baginya, yang tak layak untuk dia sebut apa isi konten dan tujuan koran tersebut hingga akhir pertemuan.

    Agakku sedikit sombong ketika dia mengatakan, ya aku seperti saat ini, adalh karena berkat aku mondok, doa orang tuaku, doa orang terdekatku, lalu aku langsung menjawabi dan menunjuk diriku doa dari ini, yang selalu doain kamu sejak dulu, lalu dia menjawab ia aku berterima kasih atas doa kamu juga, baru itu aku kesebut di pernyataannya setelah bebrapa jam bersama dan tanpa terakui satu katapun.

      Runyam, sedihkupun semakin menjadi, aku terdiam dan hanya menatap dan memandangnya. Intinya ia mengatakan ia sudah malas untuk jatuh cinta lagi, sebab mantannya. Tak perlu tahu putusnya kenapa kata dia, padahal dulu sudah separah itu eh ternyata putus, tapi ya sudahlah.

       Dunia.... aku tak minta kita bersama, angan kau bukan milikku. Mungkin karena ruang lingkupku yang terlalu sempit hanya seluas pandnagan hp, tanpa pernah aku memandang dunia luar, bahwa dunia ini luas, dan aku tak bisa berpatik pada dunia maya, walau hanya satu orang, jika ujungnya seperti ini, tak dianggap, mungkin hanya pelampiasan saja, kasian aku. Sudah ku list dan analisis tentang kesalahanku, namun sepertinya Tuhan berkehendak Lain. Hingga akhirnya, terasa tiada akhir dengnnya, sad ending.

       Aku sendiri lagi, entah mengapa Tuhan selalu membiarkanku sendiri saja untuk saat ini, sampai teman terdekatku mendoakanku dan menangis, kok bisa aku yang orangnya pendiam, tapi selalu terkecewakan hanya karena cinta dan dunia maya. Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad ya robbi sholli 'alaihi wasallim. Alhamdulillah, ya inilah taqdirku untuk saat ini, mau digimanain, aku sudah mencoba untuk diam, kuat dan tertawa namun Tuhan berkali-kali menjatuhkan ku pada posisi yang sama dengan jasad yang berbeda. ya Allah....ya Robb... apa salahku, salahkah jika aku jatuh cinta dan mempunyai rasa. Seolah sangat haram dan fatah bagiku untuk saat ini memiliki seseorang yang sejati, tulus nan suci dhohir bathin.

Jumat, 20 Maret 2020

Tentang Hari ini (Kamu)

      Aku tak pernah menyangka tentang apa yang aku rasakan dan alami saat ini jika pernah terfikir sebelumnya, khususnya tentang aku dan dia. Dari kecil aku sudah melatih diri untuk senantiasa memanjatkan doa, doa agar diberikan yang terbaik dan entah keanehan apda doa ini atau apa.
 
     Sempat dulu waktu Mts aku tidak memakai lagi doa Robbana Hablana Min Azwajina, karena aku fikir ah nikah masih lama, ngapain doa sekarang. Akhirnya beberaap tahun aku tak memakai doa itu, karena ku rasa belum perlu, it's ok. Tapi seiring berjalannya waktu ada guruku yang mengingatkan untuk mulai membaca itu, akhirnya ku baca hingga saat ini.

     Aku sudah berpacaran sejak kecil, tepatnya kelas 6 MI, waktu itu masih pacaran ala anak kecil, yang perhatian, setiap hari berduaan, pegangan tangan, salaman gitu seaadanya, tapi akhirnya kandas saat dia ketahuan pacaran sama aku, aku telponan biasa sama dia, zaman dulu aq punyanya telpon rumah, dia selalu menelponku setiap hari, kadang ngapepin juga, lalu kami putus dan pacaran lagi waktu aku kelas 11, waktu itu aku tahu ternytaa aku hanya diduakan, akhirnya kita putus. Lalu waktu aku kuliah mencoba masih deket sama dia, namun aku dan dia sama-sama tak bisa, kita sudah beda pemikiran jatuhnya malah berantem terus, entah kami tiada hubungan lagi hingga sekarang, sejak aku ganti nomor.

     Kemudian MTs aku semakin tak karuan, semenjak aku dipegangi Hp aku bebas pacaran dengan siapapun dalam dunia maya, namun akhirnya kandas semua. Dulu aku Mts mbakku belum nikah, jadi setiap orang ke rumah dikira aku itu dia, sehingga aku yang diminta, sempat ada kata gus jateng yang meminta aku, tapi sama abah disuruh nunggu aku hingga lulus MA. Aku tahu itu dari budeku, pas jalan malam sama saudara-saudaraku kenpasar Turen, waktu itu mbakku keponakan nanya, gimana kamu udah punya pacar, budeku langsung jawab eh ini sudah ada gus yang nunggu, sekarang gusnya masih kuliah di Mekah nanti kalau sudah lulus langsung diminta. Waktu MA aku takut tiba-tiba disuruh nikah, sempat aku tuakut dan ingin kabur gara-gara kejadian itu. Belum lagi dulu aku dilarang ngambil Pba gara-gara masnya jurusannya B Arab, ibukku memberi alasan karena bahasa internasional mendatang itu b inggris makanya aku disuruh ngambil bahasa Inggris bukan Arab, tapi aku menangis bebrapa minggu, aku mempertahankan kecintaanku terhadap bahasa Arab, aku tahu alasan ibuk ngelarang aku ngambil B Arab akrena budeku yang cerita ke aku seperti itu. Namun akhirnya aku kuliah b arab dan berjalan sesuai arah dan waktu, sempat aku mencoba dekat dan mencintai beberapa orang namun itu semua dilarang oleh ibukku kecuali dengan gu karena aku cerita gu juga gus, namun dia hanya kuliah di Indo, tapi anak syariah apa bedanya dengan gus itu yg kuliah di Mekah, bagiku sama saja, sama-sama gus dan kuliah keislaman hanya saja beda daerah, dan ibuku akhirnya mengiyakan aku dengan gu.

       Aku dan gu, hampir setiap hari bales-balesan story ig, lalu pengakuan pertama dari cowok yang deket deka aku adalah dia, dia berani mengaku kalau dia dekat denganku ke semua jajaran kawannya, aku merasa sangat diapresiasi dengan itu semua. Aku dulu nuntut gu untuk berubah menjadi dirinya yang dulu lagi, yang alim, menjaga diri tidak seperti detik kemaren, setiap hari aku selalu disindir, kau tak tahu aku bla..bla..bla dulu aku fikir gu benar percaya padaku eh ternyata sepertinya dia hanya entahlah gak jelas ke aku, hingga sekarang jika kami ketemu di jalanpun nyapa saja tidak, ya seolah hancur lebur entah apa sebabnya, aku sudah mencoba minta maaf berkali-kali lewat sosial media, namun dia membaca saja tidak, ya sudahlah yang penting niatku sudah baik.

       Sebenarnya masih banyak cowok-cowok yang dekat denganku, baik sosial media dan dunia nyata, sampai santrikupun pernah, namun sekarang dia sudah menikah punya anak, buakn jodoh kali. Sosial media membuatku dekat dengan siapapun, karena aku di sosmed orangnya ramah jadi terlalu banyak masa laluku yang terbuang sia-sia dan tidak jelas di sana. Hingga akhirnya .....

        Aku bertemu dengan seseorang yang aku tak faham, apakah benar dia jawaban atas segala doaku, dan aku jawaban dari semua doanya?. Dies icp, di depan ada anak albanjari, waktu itu aku duduk dikursi main hp dan aku sendiri, sebelahku siapa aku tak kenal, namun aku merasa di depanku ada yang terus memandangiku, hingga aku salting, lalu aku sadar bahwa di Fe, sebelumnya sempat waktu aku pulang ppba dulu, ada yang memandangiku, walaupun aku tak jelas itu siapa, langsung aku tanyakan ke temanku siapa dia, bebrapa obrolan terjadi antara aku dan temanku itu. Hingga akhirnya aku dan fe sering berpapasan ketemu dan senyum, mungkin karena kampus kita yang sempit.
 
       Hingga akhirnya aku memberanikan diri mengechat dia duluan waktu kami masih awal musy, kami semakin dekat kalau ketemu di manapun nyapa. Aku terlanjur mempublikasi jika aku dengannya, hingga semua temanku saat bertenu dengannya selalu marah apdanya, seolah dia salah padaku. Kadang kami putus nyambung dll, namanya labil bin anak kecil, namun ternyata aku tahu dia dengan cewek lain, dan aku cuman sebagai pelampiasan, namun aku tak pernah peduli itu semua, sakit sih kalau mengingat semuanya, sudahlah aku sudah lupa tentang segala masa lalu. Hingga akhirnya kami semapt lost kontak, kemudian conek lagi hingga sekarang.

        Baru kemaren kami bertemu untuk pertama kalinya dalam durasi waktu yang cukup lainnya, awalnya kami memperkenalkan diri, latar belakang, kemudian sekilas kisah tentang masa lalu masing-masing kami. Karena setelah hampir 3 tahun chat kami baru ketemua berbicara terang kali itu saja. Awalnya kami berbicara ke sana ke mari, seluruh penjuru kami bicarakan, hingga sampai pada satu titik, di mana dia bilang. yi bicaralah, apa kamu mau ngomong apa, dari tadi aku terus yang ngomong, akhirnya aku bingung ... aku hsenyum dan menjawab aku mau ngomong apa, diam dulu. Akhirnya aku bilang kan kamu tadi udah ngungkapin segala latar belakangmu dan aku sudah faham kamu gimana. Tapi stresing poinnya waktu aku nanya, apa kamu main mahabbah fe, dia menjawab enggak, lalu dia ngetes aku mahabah yang gimana se sambil senyum dia, lalu aku menjawab itu mahabah yang alqoitu, alfatehah, hayo nah berarti kamu yang pakek, enggak ku jawab gitu. Langsungbku sangkal dia, kalau aku pakek kita udah nikah dari semester 3 lalu, enggak fe aku gak pernah pakek gitu-gituan, lalu dia nanya balik ke aku, emang aku kelihatan pakek kah, katanya  akuapa alualesanmu, lalu aku menjawab iya spik anmu banyak, lalu dia menajwab lo enggak, aku gak pernah ngapa-ngapain, ya mingkin anak-anak itu ada nyaman ke aku gara-gara ya masak kalau aku nyetir aku mau diem aja kan gak mungkin. Lalu kita cerita apapun.

    Lalu ku sambung ya mungkin ada doa terselip, enggak kata dia, lalu dia jawabin ya kamu paleng mungkin ada doamu yang terselip, lalu ku jawab aku sudah berdoa mulai aku kecil, jika akhirnya ketemunya seperti kamu, sia-sia dong berarti doaku, lalu dia expresi setengah malu dan kecewa, ya berarti doamu bukan aku.

    Kemudian dia cerita tentang perjuangannya untuk berubah menjadi orang baik, betapa suoitnya, apalagi gara-gara masa lalunya yang seperti itu, akupun mulai berfikir kok busa ya Allah mempertemukan aku dengan orang macam dia, dulu aku yang ngingetin apa-apa tak dianggap, yang dia ingat hanya pacarnya, orangtua teman terdekatnya, tiada satupun kata untukku. Aku di sini tak faham dengan taqdir Allah SWT itu bagaimana. Yang jelas sahabat-sahabatku pernah mengatakan kalau kamu ingin dapet yang baik, temani jangan ditinggal, apa dia gak sadar kalau selama ini aku menemaninya mualai dari dulu, hingga detik ini, hanya saja aku diam tentang hal ini, mungkin dia lupa juga atau pura-pura tak tahu jika aku termasuk orang berjasa dalam mengingatkannya. Tapi wallahu a'lam kenapa setelah beragam cobaan, rintangan kualami dengnnya, tiba-tiba Allah SWT mempertemukan kami kembali untuk mengingatkan, entah kadang saling mengisi satu sama lain, ada doa terselip dan harapan diantara kami, jika suatu saat kami jodoh ya alhamdulillah gpp, namun jika tidak ya sudah, berarti dengan orang lain, kalau gak gitu salah satu dari kita mati duluan.

      Yang aku tak habis fikir adalah titik perubahan itu, sebenernya aku tak terlalu memkikirkan, bahkan aku tak tahu jika dia tak ngomong langsung, tentang perjuangannya untuk berproses menjadi lebih baik. Tapi entahlah dia itu jawaban atas segala doaku atau apa, yang jelas untuk detik ini aku masih terus beroda, jika memang dialah yang terbaik untuk agama, dunia dan akhiratku, maka aku selalu memohon kepada Allah untuk memperbaiki dia, dan menjadikannnya sesuai dengan porsi yang aku butuhkan, begitu pula denganku semoga aku juga sesuai dengan apa yang ia buuhkan.

       Kami bukan pelacak taqdir, namun kami pelukis taqdir, aku masih belum tahu apa yang tersimpan dibalik sirrnya gusti Allah, tentang aku yang hingga detik ini masih senidiri, lalu dia yang sejak awal masuk MPI, mondik, kayak seolah cerita ini penuh mistery dan aneh, tapi wallahua'lam kebenarannya gimana, hanya Allah Yang Mahatau. Kuncinya selama kita masih bisa berdoa dan menjaga diri, panjatkanlah dan menjadilah yang bagus-bagus agar yang kau dapatkan juga bagus.

Kamis, 19 Maret 2020

Untuk Kekasihku Kemaren dan Bila Nanti

      Rindu menggebu, kata tiada tara. Sayang, cinta kesalah fahaman ruapnya hingga ssesaat hanya sesaat. Aku bukan ahli taqdir alu hanya pelaku kehidupan atas skenerio-Nya tak lebih. Tentang versiku sekarang aku sudah berusaha meninggalkan semuanya bahkan ditinggal oleh sebagian yang menjadi ganjal kehidupan. Namun itu semua tak melepaskan rasaku bahkan tak cukup rasaku untuk mengetuk pintu lauh mahfudz mntuk sekedar menengok siapakah pasangan yang tertulis untukku di sana.

       Angin layang demi layang terus terlalui, akibat kekosongan hati dan kurang bersyukurnya jasad lahiriyah atas segala penciptaan yang ada, sehingga jiwa terus merasa kurang, sendiri dan mengikat diri dengan yang jelas belum pasti, namun kendati demikian bukan berarti patah semangat atau meninggalkan dan mengakhiri semua begitu saja. Kehidupan ini masih panjang, tak harus berpatok dengan satu kata, aku kamu harus tidak, hidup tak sesimple itu.

        Selayang tentang doa ranum-ranum mulai mengikuti dan menggebu keberadaannya untuk menanyakan dan memastikan, membantu mengecek apakah doa diterima?, apakah doa terbalas?, apakah doa dijawab?, segala bentuk analisis mencoba ranum dalami, bergilir dari satu sudut study ke study lainnya. Namun atas keterbatasan ranum, hingga detik kini ia belum mampu menentukan lebih tepatnya doa ini ap?, apa mungkin tertolak?.

         Masa demi masa terus terlalui, dan mata tetap mengaung menatap langit yang mendung, meyakini akannya akan ada cerah setelah itu, walau waba penyakit terus menggelimpangkan sebagian nyawa di dunia, namun ray bukan penentu taqdir, dan juga bukan pembatas atas semua yang ada atau belum terjadi. Dalam gumunnya hati terus berteriak memanggil ya Allah apakah dia taqdirku, aku tak bisa menentukan, aku tak mampu menerka akan semua isyarat Allah SWT, ilmuku belum cukup untuk memaknai itu semua.

         Doa...doa dan dia....Doa tak pernah membatasi seberapa banyak kata yang akan diucap atau terselip dalam hati, berdoalah sebanyak-banyaknya, sembari tetap berharap dan meminta yang terbaik keada Allah SWT tiada tanpa henti dan lelah, Allah Maha Mendengar, Allah tidak tidur, jangan khawatir tiada yang tidak mungkin, jika Allah menghendaki, hanya saja tenggang waktu Allah memberi jawaban sebuah doa terkadang tiada instan, semua butuh proses, ini masih dunia alam sayahadah bukan dunia miracle yang serba secepat kediapan.

          Selepas aku belajar atas segala keterbatasan ilmuku, yang aku tahu taqdir yang tiada bisa dirubah ada jodoh, rezeki dan maut. Perihal tentang jodoh, dulu waktu aku masih belajar guruku menjelaskan, bahwasannya kita tidak bisa merubah siapa nama jodoh kita di lauh mahfudzh kini dan nanti, namun yang bisa kita lakukan adalah meminta, berdoa kepada Allah SWT meminta jodoh yang terbaik untuk menuju ridho Allah dan sesuai dengan porsi kita sehingga saling bisa mengimbangi dan melengkapi ubudiyah proses menuju Allah SWT dengan cara yang baik dan benar. Minta....minta..minta.... Allah kareem.

          Segala bentuk amalan doa memohon yang terbaik sudah terpanjatkan mulai kecil, entah mengapa hingga detik sekarang belum ada yang benar-benar mengisi kekosongan hati dan bisa diajak berjalanan satu naungan bersama. Sempat sepercik dua percik sinyal memperbaiki diri terucap. Namun reflek hati manusia yang serba kekurangan mengaung, kenapa doa yang kupanjatkan bagus semua, namaun mengapa tiada yang setara dengan apa yang aku panjatkan?, di mana sinyal ituu berada?, seolah doa ini jamkot, Allah Kareem.

          Mengatakan hidup sebagai cobaan peningkatan kualitas diri di hadapan sang ilahy robbi. Semua yang akan dilakukan atau terucap memiliki resiko tersendiri akan pertanggung jawaban dari semua kata yang keluar. Cobaan tak selalu berupa terjalan jalan, namun tak jarang berubah permen manis, eskrim tapi nantinya membuat batuk bahkan radang tenggorok an. Dari situ seharusnya bisa memfilter dan sasar, tentang aap yang dilarang untuk apa dilakukan dan ingin bertahan terus hingga menerus tanpa ada kata menyerah dan terhenti.

          Tentang pembatasan diri, tak harus membatasi teraptok ada satu dua hal kata atau bahkan rasa. Memang terkadang impact dari sesuatu yang kurang berkenan dihati dan tanpa ada kesiapan ruhiyah untuk menerima implikasinya tak jarang mematahkan segala bentuk kayu yang sudah tumbuh besar dalam tubuh.

           Dunia tentang nyata, kenyataan bukan qola wa qila apalagi dunia maya. Dunia sekalagi tentang kenyataan hari ini, esok dan mengambil ibroh kemarin, sekaligus mendoakan sieer yang akan terjadi, agar hati kuat untuk menerima dan menjalani dengan versi ruh yang lebih baik.

          Tentang kepastian, manusia bukan pemegang kunci kepastian, bukan berarti harus mengumbar janji ke sana ke mari, menyebar angket kehidupan dirinya demi memperoleh aa yang dirasa tepat, mamun semua tak salah, karena semua adalah ikhtiar dalam proses penemuan couple tulang rusuk sebagai pelengkap ibadah keada sang ilahy Robbi.

           Katanya selamat berproses menujut kualitas yang better then now dan kemaren, tiada yang perlu disalahkan dari semua keadaan proses seseorang, karena setiap orang memiliki count suksesnya masing-masing, idealnya manusia setelah berliku berjalan berputar-putar gelap terang terlalui, mau tak mau jika ingin meningkatkan kualitas diri, maka harus kembali ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang sudah pernah berjalan dari gelap menunu terang, walau cobaan yang dialami tak harus sama, setidaknya ada ibroh dan sebab musabab dan solusi yang telah dilalui yang bisa diambil pelajaran oleh manusia selainnya.

           
        Tentang hari kemarin, esok dan nanti. Sudahilah, cukupkanlah membahas tentang masa lalu dan kemarin, tetapi fokuslah menatap masa depan tanpa keraguan sedikitpun, ada doa sebagai dopamin dari luar, namun jangan lupa untuk selalu mengupgrade kualitas dan kuantitas motivasi kekuatan diri dan keyakinan, bahwa ini dunia tiada yang tidak mungkin untuk diraih, asal terus berpegang pada doa yang terbaik dan percaya kepada Allah, sekaligus dengan versi suka rela ikhlas menyerahkan semua kepada Allah SWT.

         Jangan pernah meratapi tentang masa lalu tentang apapun itu, yang penting hidupmu adalah sekarang, kamu adalah ini tentang apa yang ada pada dirimu sekarang, tentang bagaimana dirimu sekarang dan apa goalsmu?, apa yang kau akan dan lakukan?, nanti soal pendamping akan bersama siapakah Allah SWT menyandingkan yang penting sekarang berdoa terlebih dahulu, selalu minta yang terbaik dan fokus memperbaiki diri hingga akhirnya nanti Allah bukakan lauh mahfudz dan Allah satukan nama diatas namama hingga ajal menjemput dan surga bersama.

          Keadaan hari ini, mungkin ini yang terbaik untuk kita, aku dan kamu. Kita bukan penentu taqdir, kita hanya hamba yang berjalan di atas skenario Allah AWT yang terus berpeganagn pada permintaan dan doa yang terbaik bagi masing-masing dari kita. Aku ataupun kau pernah punya masa lalu seperti apa, yang sudah tidak usah membahas masa lalu, karena kehidupan ini tenatang hari ini dan masa depan yang lebih cerah, selama masih bisa berdoa dan diberi kesehatan jasadiyah dan ruhiyah untuk berjalan memperbaiki diri, mari berproses menjalani menjadi yang terbaik dari masing-masing versi yang ada pada dan untuk kita, yang pas dan sesuai dengan porsi kehidupan mendatang yang dibutuhkan senagai syarat menjalani jalan kehidupan sebagai makhluk Allah SWT dan bahaia menuju ridho-Nya.

        Kenapa kita tidak disatukan sekarang saja, masih haruskah menunggu beberapa tahun mendatang demi kesesuaian nafas dengan alunan nada kehiduapan mendatang. Walaupun ditengah proses kita, kita tak pernah tahu apakah hati akan selalu istiqomah pada versi yakin dan mendoakanmu ataukah Allah sengaja telah menciptakan mahkluk lain sebagai penggantimu?. Detik ini dan kemaren memang sangat buerat ku rasa untuk melupakanmu untuk menjalani hidup tanpa kata, dan sekaligus  untuk beberapa saat hingga tak terhingga tanpamu, aku tanpamu, wallahu a'lam sampai kapan, hanya Allah yang Tahu, aku hanya pelaku kehidupan.

       Niatku kemaren, dan segala keinginanku yang lalu, nafsuku bukan ingin see you denganmu, tapi entah kenytaan beserta nafas alunan kehidupanlah yang membawaku padamu, hingga diri ini sama-sama mengatakan kata dan keinginan yang sama.

        Untuk saat ini tenggang rasa dulu, aku akan mengambil keputusan karir first, jodoh itu nantilah. Meskipun entah jiwa atau lisan ini meminta agar denganmu saja, namun semua wallahu a'lam, manusia boleh memohon dan meminta, namun Allah yang menentukan, karena kita berjalan atas karepnya gusti Allah, bukan karepku atau karepmu, tapi wayah e gusti Allah, bukan wayahku, atau wayahmu bahkan wayah e kita. Serahkan semuanya kepada Allah, kalan kehidupan masih sangat panjang meskipun endingnya kapan tiada yang tahu kapan masa ajal masing-masing menjemput, namun selama ruh dan jasad masih berdoa memohon yang yerbaik keapda Allah dan raga masih kuat merefleksikan segala bentuk doa, InsyaaaAlalh yang terjadi baik-baik tanpa kurang dan lebih.

       Tak selalu patokan seberapa lama sudah saling mengenal, atau bahkan sudah seberapa banyak ungkapan kebenaran tentang rasa yang terungkap secara langsung, yang terpenting bukan itu semua, yang terpenting adalah seberapa yakin dan kuat atas doa dan harapan selaligus versi menerima kenyataan qonaah terhadap ketentuan sang ilahy robbi. Mencoba memaknai arti segala sirr wa jahr, sedikit semi sedikit tanap pernah memutuskan doa dan dzikir kepada Allah dan terus meminta pentunjuk dan jawaban, bila memang dia benar yang terbaik maka dekatkanlah hati kami, dan jadikanlah kami sesuai pada porsi terbaik kami yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing dari kami, jika bukan makan jauhkanlah kami baik dari segi ruh, dhohir maupun bathin, jauhkan aku darinya, hilangkanlah rasa yang ada pada diriku dan dirinya, kemudian gantikanlah dengan orang yang terbaik yang sesuai dengan doa yang pertama aamiin dan bisa jadi menjadi pasangan pelengkap untuk meraih ridho Allah SWT dan berjuang untuk agama-Nya.  Mungkin patokanku ya weslah syi, kalu jodoh kembali, kalau memang kita jodoh ya algpp, tapi kalau tidak ya sudah, ya itulah akhir singkat cerita, untuk versi nantinya doanya dulu yang terbaik, bila memang terbaik pasti kembali dan jika tidak yang ikhlaskan saja.

Sekilas Tentang Cinta Manusia

      Cerita tentang anak adam yang masih dikaruniai hati. Manusia bukan penentu takdir, hanya sebagai pelaku skenario illahy robbi. Hidup selama masih bebas untuk apa terpatok pada satu kata yang membatasi.

       Tentang masa lalu, semua orang memiliki cerita masa lalunya tersendiri tentang apa dan bagaimana ia menghadapi kehidupannya. Semuanya adalah proses, bukankah hidup memang ditaqdirkan untuk membentuk cerita yang indah namun untuk meraih keindahan itu terkadang mau tak mau harus menghadapi beberapa lika-liku yang kadang indah dan kadang tak seindah kata orang. Seburuk atau seindah masa lalu tak terlalu penting, yang terenting adalah setidaknya darinya kita faham tentang apa arti penciptaan manusia secara mendalam, mulai dari sudut birunya kehidupan, hitam hingga merah menabrak metafatamorgana.
       
         Kita bukan penentu takdir, memang benar semua sudah tertuliskan di lauh mahfudhz, seolah semua sudah terkunci. Namun taqdir ada dua macam mualaq dan mubham yang bisa dan tak bisa di rubah. Di balik taqdir itu Allah menciptakan falisitas dan sarana untuk meminta kontrol taqdir yang baik, yaitu berupa doa. Ya doa, doa yang baik dan kepercayaan yang tinggi keyakinan kepada Allah, dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, semua serba mungkin jika Allah berkehendak apapun bisa terjadi, siapapun dan dimanapun.
 
         Tiada yang perlu disesali atau diratapi secara mendalam atas kejadian yang mungkin kurang berkenan, perbaiki diri menuju ilahi biduli illah, Allah Maha Ada Allah Maujud dan Allah Qodir Muqtadir. Semua kembali ke prespektif masing-masing.

        Jika keimanan dan ibadah istiqomah seseorang sudah tinggi, maka akan sedikit celah darinya untuk berbelok, karena hatinya sudah menemukan kebahagiaan yang haqiqi yaitu bersama sang Ilahy Robbi.

         Berhenti menyalahkan diri sendiri atas segala kesalahan, syukuri yang telah terjadi dan mulai perbaiki diri, apa yang kurang maksimalkan, fokus hingga akhirnya nanti samapi apda titik kesempurnaan kehidupan.
         
         Nafsu kadang mau ini, itu, ingin ini itu wajar keberadaanya masih manusiawi. Namun, tak semua nafsu harus dilepas bebas seperti halnya penyebaran virus corona. Nafsu itu akan semakin mendobrak ketika dikengkang dan akan yakin jika diberi kepastian dan jawaban iya nanti pasti. Seperti halnya seorang anak yang menangis minta belikan mainan kepada ibunya, jika sang ibu marah  makan anak  akan  membenci ibu, jika ibu bernada kasar  anak akan menangis dan terus menggebu minta beliin, namun ketika ibu mengatakan iya nak nanti kita beli kalau kamu lulus TK misalnya, maka sang akan akan berhenti meronta kepada ibunya, anak itu akan diam dalam hati dan fikirannya oh ya nanti beli mainannya kalau sudah lulus TK. Begitulah sifat nafsu, nafsu itu tak bisa dikengkang namun dia bisa diberi janji dari situ nafsu akan tenang.

       Perilah mendatang tentang pertanggung jawaban kebenaran nafsu, hanya Allah yang mahaMengetahui Endingnya bagaimana, tugas manusia untuk saat ini sebagai hamba yaitu berdoa, memohon kepada Allah SWT yang terbaik untuk agama, dunia dan akherat masing-masing.

      Terkadang kejujuran tentang suatu hal itu penting adanya, tentang harapan, permintaan dan doa tiada yang salah dari semuanya, Allah memberi kebebasan untk berdoa dan berkata mengadukan apapun, tentang kuat dan tak kuat, baik atau buruk, lemah atau tidak, sanggup atau tidak, agar semuanya kembali kepada Allah Dzat pemilik kerajaan alam dan bumi dan segala isi sebagaimana kembalinya asal mula kehidupan dan jarum pengurangan jatah hidup di dunia.

     Tentang keyakinan, lebih ke arah menjaga doa masing-masing sembari melantunkan doa pada orang yang benar-benar tepat di waktu yang tepat, wallahu a'lam siapa dan kapan.

     Tentang pengalaman hidup, aku pernah mendengar guruku pernah cerita bahwasannya dahulu ada dua santri yang dipisah wiliyah dakwahnya karena disuruh kiyainya, satu di pemukiman orang-orang suci, satu di wilayah dolly, seiring berjalannya waktu yang dipemukiman protes, kenapa ia ditaruh di sana sedangkan temannya di dolly, ternyata santri yang di dolly imannya lebih kuat daripada yang di pemukiman, ternyata santri yang di dolly ia berpura-pura buta dan tuli, pekerjaannya setiap hari disuruh mijetin psk kadang disuruh seperti babu dan ia mau dan diam saja. Ketika santri pemukiman protes, sang kiyai langsung menyuruh mereka bertukar tempat, akhirnya bertukarlah mereka ternyata santri mukim tak kuat iman kesantriannya hilang akibat keirian. Dari hal ini kita tahu bahwa Allah SWT, guru, orangtua memiliki view tentang porsi murid, hambanya masing-masing, selama hamba itu berdoa dan meminta yang terbaik jika Allah mengijabahi makan doanya akan terkabul, Allah akan melindunginya.
   
       Masa lalu bukan sebuah kehinaan, melainkan ia adalah proses repairing diri, mengambil ibroh apa yang sudah dan membenahi menjadi yang lebih baik dari veesi masa lalu ataupun sekarang.

       Dulu sempat terfikir di mana keberadaan jodoh ini berada, mereka menjawab jodohmu masih memperbaiki diri, jodohmu masih menjari ilmu, jodohmu masih ini dan itu. Perjalanan hidup, biasa.

        Tentang masa lalu dan bersama siapa pernah menghabiskan sebagian besar waktu pada bebrapa hari, bahkan bulan dan tahun, bukan acuhan untuk bisa atau tak bisa, mampu atau tak mampu roda bergigi atau tidak untuk menjalani hari, masa lalu itu ada sebagai pengalaman kelangkapan tulisan hidup, meskipun kita tak pernah tahu pada titik akhir mana nanti akan berhenti menulis tentang restory, dan terhenti pada story dengan siapa, hanya Allah yang Tahu, entah tulisan itu, cerita itu sempat tertulis, terdengar atau tidak, ataukah hanya sebatas pengalaman perasaan bagi experincer sesaat saja dan hilang begitu saja sebelum diungkapkan atau bahkan digali lebih dalam tentang keberadaan dan kenyataan dari pelaku cerita itu sendiri.

        Terkadang apa yang terlihat, terlintas hina, dan tak elok dipandang atau bahkan tak etis menurut prespektif mata kita, bisa jadi itu sebuah perjuangan mati-mati yang dilakukan orang lain untuk berubah be better, hanya saja terkadang kita terlalu egois menjudge sesuai dengan kehendak kita, tanpa pernah kita mempertanyakan tentang bagaimana, apa dan mengapa.

         Bukan masalah dunia maya atau dunia nyata, tapi percayalah hidup ini cobaan, terlepas dari hafidhoh/ bukan, tetap saja sudah ternas dalam surat mulk mulk bahwa sejatinya isi hidup adalah cobaan untuk menguji amalan terbaik lhos lillahi ta'ala. Keberadaan makhluk di sini bisa jadi sebagai doppamin pemicu agar ibadah yang sempat terombang-ambing menjadi lebih husyuk kembali, lwat cobaan Allah mengisyaratakna untuk kembali, Allah Rindu kepada hamba-Nya, Allah sayang kepada hamba-Nya, Allah cinta kepad a hamba-Nya, ini cara Allah. Doa ada, crita ada, orang lain ada itu sebagai pelengkap, lalu serahkan semuanya kepada Allah. Allahlah nantinya yang akan menentukan keada siapa nantinya hati, fisik dan ruh hamba mutazawwijin disatukan. Wallahu a'lamu bish showwab. Boleh manusia beroda, berharap yang terbaik kepada Alalh langsung, karena La'alla bisa jadi apa yang didoakan dan diharapkan memang benar adanya tertulis seperti itu di lauh mahfuzdh. Wallahu a'lamu bish showwab. Stay possitive. Walalhu a'lam.

Sabtu, 12 Oktober 2019

Sakit

     Apa, tak kunjung membuatku bahagia. Priksa sini situ dokter spesialis sudah ku jelajahi muali dari Cirebon, Malang bolak balik tes ini itu, uang habis bpjs ya Allah. Dan belum terdeteksi sakitnya apa.

      Umur kata, tiada yang tahu sampai mana detak nadi ini akan berhenti berdenyut, rasanya pingin nangis, menangisi diriku sendiri ya Allah. Sakit ini, apakah ini teguran atau apa?, ya Allah..... tiada satupun yang tahu apa sakitku, diagnosa ini itu obat generik sampai dosis tinggi sudah ku jelajahi semua, sampai berjuta+juta ku habis ludes gitu aja. Sampai orangtua angkat tangan, tapi untungnya ada bpjs. Tapi sayangnya aku masih belum tahu jelasku sakit apa, berbagai dokter hanya mendiaknosa sesuai keluhanku tapi besok masih harus dipriksa lagi.

      Tangis, isak sakitku kurasakan sendiri dan benar sendiri. Harus bolak balik ke sana ke mari, alhamdulillah ada sepedah, dan bisa keluar. Sesaat sakitku membaik dan normal tapi sesaat lagi tidak. ya itulah sampai gara-gara sakit ini sempat terbenci pas pkl kemaren. Ya mau gimana lagi inilah kenyataan.

        Hidup cukup carilah kenyamanan dan ketenangan dalam kesendirian dan iman. Aku belum tahu apa faedah di balik sakit ini, sekilas terlihat sehat memang, gak ada apa-apa anggap saja biasa. Gak ada orang lain juga yang tahu dan peduli. Aku tak butuh siapapun, aku tak butuh kata ini itu, yang aku mau hanya ketenangan. Tenang dalam kesendirian dan iman berbalut doa.

         Sembuh, ya Allah kalau bisa hamba minta sembuh. Kenapa akhir-akhir ini hidupku tenang, kayak gak mikirin ini itu sama sekali. Cuman sesekali takut sih dan pengen nangis gara-gara sakit ini. Tapi ya mau gimana lagi.

          Soal inspirator, banyaklah pasti yang berbalut doa. Entah detik ini aku tenang sudah alhamdulillah. aku gak tau akan nulis lagi atau enggak.

          Kalau enggak, salam untuk orangtuaku, maaf aku belum bisa berkontribusi apapun baik bagi yayasan ataupun hati secara langsung. Aku hanya apa, hanya orang yang berusaha menjaga diri dan melakukan apapun sebisaku. Aku, sudah biasa sendiri dan menyendiri, aku tak butuh apapun dan siapapun, yang aku mau hanya bahagia, bahagia dalam versiku. Aku... muridku... santriku...mahasantriku.... sahabatku...orangtuaku...teman..spik an... aku hanya orang yang berusaha berkontribusi semampuku, maaf bila banyak kekurangan manusiawi, fokusku tak ke itu saja.

         Aku sudah memaksimalkan diri untuk ini itu, aku sudah berusaha keras menjaga diri. Hingga akhirnya ada di titik ini, titik yang menyimpan kepedulian dan rasa pada siapapun. Sudah ku abaikan alasan cinta dan sederhananya cara mendekati atau sekedar mendapatkannya, sudah... sudah ku hapus semua memori dan anganku tentang itu. Kebahagiaanku sekarang simple saja. Di saat aku masih mampu lihat orang lain bahagia. Walapun pada hatiku terdalam aku tak pernah ingin jika di hati Gul ada wanita lain, tapi ya sudah gimana hidup nafsi-nafsi. Dia mau apa dan kemana terserah sudah, asal dia bahagia. walaupun lubuk hati tak pernah rela, tapi siapalah aku hanya halu kalau inginbersamanya. Sangat wajibku untuk melupakannya... Dia tanpa kata dan cinta lagi dan lagi.

          Jika waktuku sampai ini saja, maka sebenernya aku belum menghukumi diri ini sukses, aku masih belum menjadi siapa-siapa. Kemaren hanya siap-siap persiapan untuk ini itu. Orang lain bebas menilai aku ini itu, tanpa pernah menanyakan tentang apa, mengapa dan mauku apa. Terimakasih untuk semua santriku yang eprnah menemaniku dalam hidup meniti karir, jika waktuku sampai di sini saja, aku minta maaf dan tolong jaga al fatah, abah ibu, masku, mbakku jangan boelh emosia. Aku hanya siapa, yang jarang bicara, akibat takut, dan akhurnya gak mau. Gimana mau bicara, orang dian dja kegarapan i. Gimana kalau ngomong. Sudah terlalu kaku lidahku untuk berbicara hingga kasat mataku tak pernah bergenti menahan kesedihan yang terpendam. Aku .... dan aku..
..setiap hari harus berfikir ini gimana dan apa sendiri. Hingga akhirnya ku sasari dan ku akhiri apapun atas nama ketenangan dan kebahagiaan. Aku sudah tennag, aku sudah bahagia tnapa mikir ini itu. Terimakasih atas segalanya terimakasih sudah membaca alunan suratku. Aku sudah tenang, aku tegar kok, aku bisa tenang saja. Tiada pesanku banyak selain bersyukur dan istighfar udah itu saja. Aku bahagia tenang sudah ok.

Jumat, 11 Oktober 2019

G RAl

       Bukan berniat tulus atau tidak. Aku sudah berusaha mengatakan apapun, ku tulis apa yang menjadi unek-unekku. Tapi ketemu nyata gak berani. iya ya, dulu alhamdulillah first time terakui aku, dulu. Tapi ya sudahlah cukup itulah dulu, sekarang mau gimana lagi?. Kuliah dulu aja.  Ghulam...ghulam. Lucu aneh tapi nyata, pointku aku lupa bahwa kau adalah manusia yang suka membaca, dan baperan lagi. ya udahlah cukup, aku sayang kamu. Udah itu aja.

        Oh iya maaf, dulu atas segala tulisanku, ya kau merasa kau juga ada rasa itu, ya mungkin aku yang terlalu bodoh dengan alasan 1000 yang memilih menjauhimu, yah sekarang jauh beneran, masak aku lagi yang salah?, ghulam, tapi di matamu gara-gara sosmed aku sudah terlalu buruk akibat introvertku, ya sudah gak papa. Mau gimana l lagi ketemuan ya gak mungkin, ketemu aja males. Entah, apa gj memang. Ya sudahlah aku bisa apa?. Yang ku bisa hanya menulis, cerita dengan seribu kata. Terimakasih untuk segalanya. Aku belum faham benar apa maksud dirimu pergi dsriku, tanpa penjelasan keaslian nyata dariku?, gimana kalau yang aku tulis itu hanya fiktif saja?, gimana lam gimana jawab?, ya mungkin aku yang salah, dulu tak segera meng iyakan pertemuanmu kalau gak gak mungkin gini, gak mungkin aku sendiri. Pean beda, kamu bukan afef yg tetap baik, bukan kamu bukan dia yang suka teriak" gj rame sana sini salting merunduk, bukan. Kamu adalah ghulam yang sok cool tpi memendam. mboh wes lam.

        Entah salah atau apa jika ku sempat pernah memendam rasa atasmu. Jika kau menyalahkanku, kau juga salah yang membaca kenapa harus merasa, bisa saja itu tulusan novel yang ku ketik ulangkan?, lantas untuk apa kau pergi, menjauh, tanpa kata begitu saja. Memang dunia maya, tulisan aku seolah egois dnegan segala kataku, seolah tak memberimu celah untuk berdalih sedikitpun, ya itulah aku. Aku suka menulis, cuman lama kelamaan pean bosen ya, sebab tulisanku yang terlalu menyepam.

       kata maaf, maaf dan maaf berkali ku ketik, namun apa. Seolah lambang merah hanya untukku yang bersalah, ok aku maklumi, tak wajar memang, aku memang terlalu berdosa atas itu semua. Terserah kau cap aku model apa, modal madul kah terserah. ya inilah hidupku, dramaku yang apa adanya.

       Aku gak nuntut / nyaranin pean harus ini itu, mungkin aku yang terlalu kritis, ah paling pean sekarang juga udah lupa ke akunya.  Aku hanya siapa sih?, tiada gate aq untuk terljun di duniamu, entahlah lam, pean sekarang di mana, sama siapa, aku tak tahu. Lantas ya mau gimana lagi. Mungkin sebagian orang mengecap aku ini itu apalh ha sudah aku tak peduli, kenytaannya aku diam saja.

      Ghulam, entah ya pean jauh itu gara-gara tuntutan perfeksionisku atau apa, masalahnya kita belum kenal di dunia nyata saja. Entah kapan kita akan kenal. modelny kayak aku yang berdosa besar gitu dan pean takut bgt gara-gara kataku, entahlah. Masak pean gak punya hati nurani, pasti udah dibacakan tulisan dmku itu, dan ku anggap pean udah baca dan senyum di sana mungkin. ya entahlah lam. Entah aku ini apa, hanya butiran angin seliur, yang gak pernah penting.

      Rasa beragam dan berjuta rasa, anggap saja semua mimpi buruk. Entahlah maafkan semua kata. karena ku sadar aku bukan siapa-siapa dan hanya spam kehidupanmu. ya Allah, padahal dulu gimana, ujungnya gimana. Dulu pean mengkowarkan ke semua temennya pean kalau chattan sama aku, sampai temennya pean nyuruh datengi aku aps lewat itu lo ning, katany kamu chttan sama ning. Lalu entah gara-gara apa aku mungkin yang keterlaluang sehingga pean pergi meninggalkanku, dan menyalahkan seolah aku yabg kebanyakan bicara dan spam kehidupannya pean aja. ok lam gak paap, dulu aku udah nangis kok.

      Memang  aku bukan wanita yang terlalu menjaa, kadang dablek juga. Tapi setidaknya kadang rasa private kediamanku mulai, dan aku tak faham itu kenapa. ya aku yang salah semua salahku. Apa, aku hanya siapa, yang tak pernah ketemu 4 mata denganmu. ya sudah, lupakan saja, gak penting. Pentingan skripsimu dan masa depanmu dibandingkan aku.

      Orang seertiku aku, simple saja sebenarnya mencari yangs serius dan berani menghalalkan. Tapi sepertinya jawabannya bukan pean deh lam, la pean pergi ninggalin aku gitu aja. tanpa kata. Kecuali maaf dariku yang hanya kau read saja. Maaf dan termikasih atas segalanya. Meskipun aku tak tahu hatimu untuk siapa?, dan kamu kenapa, mengapa?, ya sudah pasrah saja aku. Terimakasih Ghulam. Makasih udah pernah ajdi sumber objek penelitianku, hingga akhirnya aku jatuh padamu, dan kau menibggalkanku begitu saja. Hidup. tak sesingkat itu lam. maaf dan bulan ini kita ketemu dalam empat mata yang sah, tanpa keraguan dan keasingan jawaban. pertama yang jngin kuucap adalah maaf, kedua thanks dan ketiga aku lari saja. Karena pean gak jelas.

Rosyi

      Kau wanita, aku tak pernah menuntut kamu untuk jadi apa dan tidak memebatasi kau akan kemana, tapi sebelumnya maaf ros. Asal kamu tahu, aku suka kamu, pilihanmu, pronsipmu sekrang yang terdidik sebagai wanita karir, suka banget. Tapi ingatlah, sebenernya aku gak butuh gelar sarjanamu atau apa, yang aku butuhkan akhlaqmu, ketenangan hatimu, kesabaranmu, kamu yang selalu tersenyum dan selalu ada dan bahagia, menjadi dirimu sendiri.

     Jika Allah mengizinkan aku ambil bagian dalam dirimu suatu saat nanti, aku izinkan kamu berkarir, asal kamu tulus, niatillah lillah, tapi didiklah anak kita dulu, bersamaku sebelum anak orang lain. Yang aku butuhkan zaujah sholehah, yang setia, qurrota a'yun dan selalu ada, senyummu, canda tawamu itu yang aku inginkan. Soal ilmu jangan kuatir, selesaikan dulu S-1 dan Qur'anmu, bentar lagi aku datang, akan ku cover semua ilmumu yang kurang. Aku gak memaksa kamu harus di sini atau di sana, kalau bisa di sini. Tapi entahlah tinggal liat nanti.

     Aku faham posisimu ning sekarang, dan penerus orangtua jelasmu, faham banget, kamukan tombak di rumahmu yang sangat diharapkan, aku faham banget ros, di sini banyak penerus, keponakan di luar negeri semua, masih bisa bebrapa mengatasi keadaan dan agama sekitar. Jika memang keberadaanmu dan aku sangat di butuhkan dj kamu, aku mau ikut kamu, dengan syarat, kau boleh menjadi wanita karir, asal jangan kau lepaskan status utamamu sebagai zaujah sholehah wa robbatul baet.

     Aku sebenarnya sudah faham dan tahu, kamu dulu pacarnya diam-diam banyak, tapi ya sudah aku tak akan membahas masa lalu, karena ku juga punya masa lalu, yang tak perlu untuk diungkit, cukup diambil hikmah saja. Yang penting sekrang bertaubat sudah.

      Aku bersyukur atas nama pribadi, keluarga, terima kasih untukmu, slowly" orang teraneh. Tapi sayang, dan patut untuk dimiliki. Aku gak mengatakan kamu apa-apa atas segala sepik an dan pacaranmu dulu-dulu. Maafkan aku belum bisa mendampingimu waktu itu, sehingga kau asal dengan ini itu, maaf dan maaf. Ilmuku baru sampek e ros, maaf ya.

     Aku gak akan ngeradikal atau mengengkang kamu gak boleh ini itu, cukuplah. Kalau ada pa-apa bilang saja, akan selalu ku usahakan bahwa aku untukmu insyaaaAllah, sangat ku usahakan, jangan khawatir. Aku gak ngelarang kamu keluar sendiri, asal izin, dan jelas mau ke mana. Tapi kalau ada aku, sama aku aja, jangan keluar sendiri, aku gak suka sebenarnya, jaga dirimu baik-baik. Oh iya soal masker / cadar, aku percaya ke kamu, cukup jaga hati dan pandanganmu saja, aku percaya kau tak akan macam-macam. I love you.

     Nanti kita ketemu setelah skripsi dan Qur'anmu khatam. Biarkan aku mensucikan diri dulu dan memahami hakekat, nanti ku jemput kamu. Soal mantanmu dan lain-lain, siapa?, kamu masih suka ke dia?, ada rasa. pasti, masih?, ya udah kita liat siapa duluan aku agau dia yang berani mensahkanmu di awal?, kayaknya dia gak mungkin ros. Sudah kamu tunggu aja dulu, nanti surprize deh, apa perlu pas ultahmu ke 22 ini datang ke UIN bawa kado boneka besar khusus?, gak usahkan ya. Sabar aja dulu.


Love You
ttd Kekasih Tersembunyi

   

Semua Pengakuan Itu

      Hidup di sosial media saja tidaklah cukup, melainkan hidup harus di dunia nyata. Karena sering sifat, keaslian dunia nyata sering meni...